Saturday, February 23, 2013

Kisah Cinta Klasik: Museum Touching Tour



Touching Tour? Berarti pegang-pegang koleksi dong?! YUP!

Awalnya ide ini terlintas saat Mbak Ninnie, rekan kerja yang juga mantan dosen saya (yang berjiwa sosial sangat tinggi) bercerita kepada saya tentang kegiatannya bersama anak-anak tuna netra. Beliau lalu dengan bersemangat mengajak saya untuk kapan-kapan membawa mereka ke museum. Saya kemudian terpikir untuk membuat acara di bulan Februari. Sekali-sekali boleh dong merayakan Valentine dengan tidak menjadi konsumtif melainkan melalui berbagi dengan sesama?

Alhamdulilah niat baik membuahkan hasil. Setelah mengutarakan ide saya untuk membawa anak tuna netra ke museum dalam rangka Valentine kepada salah seorang pimpinan Bina Sarana Informatika (BSI), BSI bersedia mendanai kegiatan saya. Maka terlaksana lah acara "Kisah Cinta Klasik: Museum Touching Tour" ini. Terima kasih BSI :) :)

Acara ini dinamakan Kisah Cinta Klasik karena pesertanya (17 siswa dari suatu SLB di Jakarta Timur kelas 4 s.d 9) mendengarkan dua cerita dari masa Jawa Kuno (Klasik) yang bertemakan kasih sayang anak terhadap ibunya. Ceritanya adalah Mitologi Ganesha dan Kisah Garudeya yang dituturkan oleh Kak Fifi dan Kak Chusnul. Mereka kemudian (tentunya dengan menggunakan sarung tangan agar tidak merusak arca) memegang dan meraba arca-arca Ganesha, Siwa, Parwati, Durga, Bhairawa, Wisnu dan Garuda. Yaitu tokoh-tokoh yang berkaitan dengan dua cerita tersebut. Anak-anak juga memegang Prasasti dari masa pemerintahan Raja Airlangga karena istadewata Raja Airlangga adalah Dewa Wisnu.

Saya (yang biasanya bertugas jadi time keeper dan LO nya media masa apabila ada yang meliput acara) hari ini tidak mau ketinggalan untuk jadi fasilitator! Maybe it's once in a lifetime experience.. Setelah puas googling mengenai tips-tips untuk touching tour dari museum-museum di luar negeri saya jadi tahu bahwa 1 kelompok maksimal terdiri dari 6 peserta dan benda yang dipegang maksimal 5 (walaupun di acara ini 8 sih hehe). Jadi.. kelompok saya terdiri dari Wardah (satu-satunya perempuan di kelompok), George, Jo, Junjun, Marcel, dan Liasta. Subhanallah, tidak bisa digambarkan dengan kata-kata bagaimana senangnya saya guiding mereka! Mereka semangat sekali! Setiap berjalan kami punya formasi "kereta api", dan apabila tiba waktunya mereka mengeksplorasi 1 arca maka mereka akan dengan sabar bergantian memegang dan meraba.

Gorge yang paling pendek ukuran tubuhnya sering paling penasaran karena ia biasanya hanya bisa menggapai sampai kaki atau tubuh arca, sedangkan Marcel yang paling tinggi dapat dengan lantang mengutarakan apa yang ia raba, misalnya: "iihh Garudanya keriting", atau "waahh wisnu pakai mahkota". Sesuatu yang tidak bisa diraba George apabila guru pendampingnya tidak mengangkatnya hehe..














Ini Gorge dan Marcel lg pegang dan mengamati prasasti sama kak Amdi. Foto yang bawah giliran Jo, Wardah dan Junjun yang pegang-pegang prasastinya.



















Setelah puas pegang-pegang arca ternyata anak-anak kelaparan! Untung Museum Ceria sedia makan siang :) Canggih loh mereka bisa pakai sumpit! Di waktu makan siang, Kak Gitcha yang skripsinya tentang museum dan kaum difabel minta izin untuk sibuk wawancara sana-sini (gak lupa bagi2 goodie bag loh dia hehe, thanks ya).

End of the story, saya berharap tahun-tahun depan masih banyak company lain yang mau sponsorin acara sosial untuk anak-anak berkebutuhan khusus seperti ini.. Museum Ceria akan dengan senang hati menampung dan membuat event nya :) Salich, sang fotografer, juga bolak-balik bilang "Mbak-mbak sering-sering dong bikin acara yang kayak gini, feelnya beda, lebih happy kayaknya kitanya, hehe"
Asik yaa,, insyaAllah bisa menularkan semangat berbagi :)

Cheers,
Ajeng Araini-Kusno
Direktur Museum Ceria

No comments:

Post a Comment